Minggu, 19 Desember 2010


PROSPEK PENGEMBANGAN TERNAK LOKAL

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk didunia, khusunya di Indonesia dari tahun ke tahun terus bertambah. Bahkan pada tahun 2012 diperkirakan akan berjumlah sebesar 248 juta jiwa. Pertambahan jumlah penduduk tersebut juga akan mempengaruhi jumlah permintaan akan pemenuhan pangan yang mengandung gizi yang baik.
            Untuk memenuhi kebutuhan pangan yamng mengandung gizi yang baik bagi masyarakat, khususnya protein hewani yang berasal dari daging, maka sub sector peternakan sebagai salah satu bagian darip pembangunan pertanian harus dikembangkan. Oleh sebab itu pengenbangan ternak local seperti domba, kambing dan sapi harus dikembangkan dalam rangka memenuhi permintaan kebuthan pangan yang baik bagi masyarakat.

ISI

Ternak lokal atau asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan nasional yang tidak kecil artinya, baik dilihat dari sumber pendapatan, sumber protein hewani yang murah dan mudah didapat dan sebagai sumber tenaga kerja. Banyak ternak lokal yang tidak dipelihara dan dibudidayakan dengan optimal karena kurangnya pengetahuan dan pola piker yang masih sederhana pada peternak local. Hal ini dapat mengakibatkan kepunahan di masa mendatang. Upaya untuk melestarikan dan mempertahankan ternak lokal perlu diperhatikan karena jenis ternak lokal mempunyai gen-gen yang belum tentu dimiliki oleh jenis ternak impor.
Ternak Ruminansia Kecil (Domba dan Kambing)
Domba dan kambing merupakan ternak pertama kali didomesrikasi pada daerah kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa. Domba dan kambing lokal yang ada di Indonesia semakin sedikit jumlahnya karena peternak mulai menyukai domba impor yang produktivitasnya lebih baik daripada domba local. Berikut beberapa macam domba dan kambing local :
1.    Domba Periangan atau Domba Garut
Domba Garut merupakan hasi persilangan segitiga antara domba asli Indonesia, domba merino (Asia Kecil), Domba ekor gemuk (Afrika Selatan). Domab ini pada masyarakat biasa sering disebut domba garut. Habitat domba garut berada di Daerah Bayongbong, Cikajang Garut,  namun pada saat ini domba garut telah banyak dikembangkan di daerah-daerah lain.
Ciri-ciri antata lain :
1.      Badan agak besar, domba jantan memiliki berat 60 kg – 80 kg, sedangkan pada betina mempunyai bobot 30-40 kg.
2.      Domba jantan memiliki tanduk yang cukup besar, melengkung kearah belakang, dan ujungnya mengarah kedepan sehingga berbentuk seperti spiral. Pangkal tanduk kanan dan kiri hampir bersatu. Domba betina tidak memiliki tanduk.
3.      Ekornya pendek dan pangkalnya agak besar (gemuk).
4.      Lehernya agak kuat.
5.      Bentuk telinganya ada yang panjang, pendek dan sedang yang terletak dibelakang pangkal tanduk.
6.       Bulunya lebih panjang dan halus jika dibandingkan dengan domba asli, berwarna putih, hitam, cokelat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut.
7.      Domba ini baik untuk penghasil daging.
2.    Domba Ekor Gemuk
Domba ekor gemuk banyak terdapat di daerah Indonesia bagian timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok. Ciri-ciri dari domba ini antara lain
1)      Ukuran badanya lebih besar dibandingkan domba local lainya
2)      Domba jantan memiliki tanduk kecil, sedangkan pada betina tidak memiliki tanduk
3)      Ekor panjang dan lebar, pada bagian ekor besar dan mampu menampung lemak banyak sehingga ekor tampak gemuk.
4)      Bobot domba jantan 50-70 kg, dan domba betina 30-40 kg
5)      Telingga kecil dan pendek
6)      Bulunya agak tebal dan lebih halus dari pada ternak lain.
3.    Kambing Kacang
Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing kacang banyak terdapat di daerah jawa tengah, kambing ini penghasil daging dan susu.
Ciri kabimbing kacang antara lain :
1.      Ukuran badanya kecil dan pendek dengan berat badan sekitar 25 kg untuk kambing jantan dewasa, dan sekitar 20 kg untuk kambing betina dewasa
2.      Ukuran badan sekitar 60-65 cm untuk kambing jantan dan untuk kambing betina 56 cm
3.      Punya daun telinga yang pendek dan tegak
4.      Mempunyai tanduk
5.      Mempunyai leher pendek dan garis punggung meninggi
6.      Kambing jantang berjenggot putih, coklat, atau hitam
7.      Warna bulunya bermacam-macam, ada yang putih, coklat, atau hitam
4.    Kambing Marica
Kambing marica merupakan kambing asli Indonesia yang banyak ditemukan didaerah Sulawesi, dan kambing ini merupakan penghasil daging. Ciri-ciri kambing marica antara lain sebagai berikut :
1.      Ukuran tubuh kecil
2.      Daun telingga kecil, pendek, dan tegak
3.      Mempunyai kemiripan dengan kambing kacang
4.      Memiliki ekor yang berukuran kecil dan pendek
5.      Berat badan sama dengan kambing kacang
5.    Kambing Peranakan Etawa
Kambing ini merupakan persilangan antara kambing kacang denga kambing etawa. Kambing ini sudah meruapak kambing asli Indonesia dan bayak dikembangkan didaerah Jawa Tengah Kaligesing. Kambing ini merupakan penghasil daging dan susu.
Ciri-ciri kambing PE antara lain sebagai berikut:
1.      Memiliki warna buku yang bervariasi, coklat muda, hitam, dan lain-lain
2.      Memiliki dau telingga panjang yakni sekitar 18 – 30 cm
3.      Tinggi badan mencapai 76 – 100 cm
4.      Berat badan sekitar 40 kg untuk jantan dan 35 unttuk betina
5.      Memiliki bulu yang agak panjang dan tebal pada atas dan bawah leher, dan pundaknya.
Saat ini, domba dan kambing ternak tersebar hampir diseluruh dunia. Populasi ternak domba di dunia terdiri dari berbagai jenis atau ras. Namun dalam pemeliharaannya peternak membedakan domba berdasarkan tujuan pemeliharaanya, yaitu sebagai penghasil utama daging, wool, dan lain-lain.
Dari seluruh populasi domba dan kambing yang ada diasia tenggara, hampir 96%-nya terdapat di Indonesia. Sekitar 90% dari populasi domba di Indonesia berada di pulau jawa dan 2/3 populasi nya berada di Jawa Barat.
Pada tahun 1978 tenak domba di Indonesia mencapai 4,1 juta ekor. Dari jumlah tersebut hamper 45,21% berada di daerah jawa barat, 28,94% di DIY, 14,81% di jawa timur, dan 6,45% berada di pulau Sumatra, sedangkan sisanya tersebar dikepulauan lain. Pada tahun 2001 jumlah domba sebesaar 7.294.269 ekor, dari jumlah tersebut sebesar 6.726.781 berada di pulau jawa.
Diluar jawa propinsi yang memiliki domba yang tinggi adalah Sumatra utara dan aceh, selian itu di propinsi-propinsi lain seperti Kalimantan, NTB, NTT, Irian serta propinsi lain juga terdapat domba.
Potensi ternak domba dilihat dari nilai ekonomis, social, dan budaya, ternak domba sangat membantu dalam penghasilan yaitu sebesar 14 – 25% dari total pendapatan bertani. Selain ternak domab, ternak kambing juga sangat berpotensi untuk dikembangkan karena ternak kambing juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi juga. Pendapatan tersebut dapat bertambah lagi jika peternakan domba tersebut dilakukan dengan semi-intensif dan harus memperhatikan factor-faktor pendukung untuk mencapai tujuan pemeliharaan.
Ternak Ruminansia Besar
1.    Sapi Bali
Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (Bos Sandaicus) yang telah mengalami proses penjinkan. Banteng tersebut telah menurunkan hampir semua jenis sapi di Indonesia. Daerah penyebaran atau lokasi penyebaran sapi bali yang utama berada di daerah Bali. Sapi bali diternakan secara murni guna menjaga kelestarian sapi tersebut. Daerah penyebaran lain seperti Sulawesi, NTB, NTT, dan bahkan sekarag telah banyak dikembangkan didaerah Sumatra. Sapi bali merupakan tipe sapi pedaging dan kerja, dengan ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1.      Bentuk badan menyerupai banteng, tetapi ukuranya lebih kecil
2.      Waran bulu ketika pedet sawo matang, tetapi ketiak dewasa berubah menjadi merah bata untuk betina, dan kehitam-hitaman untuk jantan.
3.      Pada sendi kakai dan pantatnya berwarna putih
4.      Tinggi sapi dewasa 130 cm
5.      Berat rata-rat sapi jantan 450 kg dan betina 300 - 400 kg, dan hasil karkas 75 %
2.    Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos Sandaicus dan Bos Indicus, sapi ini merupakan tipe pedaging dan kerja. Daerah penyebaran sapi Madura yang utama yaitu di daerah pulau Madura dan jawa timur. Di Madura sapi tersebut diternakan secara murni untuk menjaga keasliannya.
Ciri-ciri sapi Madura antara lain sebagia berikut :
1.      Sapi berwaran merah bata
2.      Paha belakang berwarna putih, dan kaki depan berwarna merah muda
3.      Tanduk pendek, dan bentuk beragam denagn panjangnya tanduk sekitar 15 - 20 cm, pada betina panjang tanduk 10 cm.
4.      Panjang badan mirip sapi bali, tetapi ber ponok kecil
5.      Tinggi badan 118 cm dan hasil karkas 48 %.
Penyebaran ternak sapi lokal yaitu sapi bali dan madura  pada saat ini memang sangat besar. Menurut Anonimus, (1999) jumlah sapi bali  pada tahun 2009 tercata sebesar 2.632.125 ekor  dan sapi bali  sebesar  1.131.375 ekor hampir diseluruh wilayah sudah ada. Namun jumlah sapi tersebut belum bida merata keseluruh bagian wilyaha, ada beberapa daerah yang sangat padat dan ada yang sedang, tetapi ada juga yang sangat jarang atau terbatas populasinya.
Penyebaran yang belum merata ini tentu saja ada factor yang menyebabkannya. Factor-faktor tersebut antara lain , faktor pertanian dan penyebara  penduduk, ikilim dan daya aklimatisasi, adat istiadat, dan agama.
Perkembangan sapi Bali pada saat ini sangat cepat dibanding dengan breed potong lainnya, hal tersebut disebabkan breed ini lebih diminati oleh petani kecil karena beberapa keunggulannya yang antara laian, tingkat kesuburunnya tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efesien serta dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi dimana breed lainnya tidak dapat, persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak dapat mencapai 80 persen. Selain beberapa keunggulan di atas terdapat juga beberapa kekurangan yakni bahwa sapi Bali pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit tertentu misalnya; penyakit jembrana, peka terhadap penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte
KESIMPULAN
            Ternak lokal (Domba, Kambing, dan Sapi) merupakan ternal asli indonesia yang sangat berpotensial untuk dikembangkan karena, selain ternak lokal tersebut memiliki nilai ekonomis ternak local juga memiliki bebrapa kelebian dibandingkan dengan ternak tidak lokal. Jadi ternak-ternak local perlu dikembangkan guna memenuhi kebutuhan peroten nasional serta untuk menjaga habitat asli ternak lokal yang ada.
  SUMBER
Anonimus, 1998. Kajian Pola Pengembangan Peternakan Rakyat Berwawasan Agribisnis. Lembaga Penelitian IPB dan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia
Cahyono, B.1998. Berternak Domba dan Kambing. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyono, B. B. Sarwono. 2004. Berternak Kambing Prolifik. Penerba Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y. B.1998. Sapi Potong. Cet ke – 5. Penerba Swadaya. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar